Upacara yang dilakukan setelah bayi berusia 40 hari, hal ini dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari  segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan  ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Tuhan YME yang telah  mengkaruniakan seorang anak yang telah lahir dengan selamat.
Pelaksanaannya, bayi dibaringkan di tengah-tengah para undangan  disertai perlengkapan yang berupa air kembang 7 rupa dan gunting  yang digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk  mencukur rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan  berjanji atau disebut marhaban, yaitu memuji sifat-sifat  nabi Muhammad SAW. Dan membacakan doa yang bermakna selamat lahir  bathin dunia akhirat. Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting.
Bila bayi itu laki-laki, yang paling dahulu memotong rambutnya adalah  Pak Haji, dan kalau bayinya itu perempuan, yang memotong paling  dahulu adalah Ibu Haji. Sesudah itu barulah disusul kedua orang tuanya,  famili dan para undangan lainnya.
Kebudayaan mecukur rambut bayi ini merupakan suatu nilai yang telah  dilakukan secara turun temurun, sehingga apapun kepercayaan yang di anut  di Indonesia, hal ini tetap dilakukan. 
Manfaat dari segi kesehatan :
Membersihkan lemak
 Saat melewati jalan lahir, banyak lemak dan “kotoran” rahim ibu yang  menempel di sekujur tubuh bayi, termasuk di rambutnya. Dengan mencukur  rambut bayi, sisa-sisa lemak tersebut diharapkan akan ikut terangkat.  Belum lagi kotoran yang kerap menempel setelah bayi lahir, seperti gumoh  di bantal yang kemudian menempel di rambutnya. Dengan dikeramas saja  mungkin tidak cukup hingga tumpukan lemak dan kotoran tersebut harus  dibersihkan dengan cara mencukur rambutnya.
 Biar tak mudah teriritasi
 Kepala plontos bayi akan memudahkan ibu untuk mengamati kalau-kalau  ada sesuatu yang tak diharapkan, seperti iritasi, bisul, luka dan  sebagainya. Cukur rambut bahkan menjadi keharusan bila sudah terjadi  infeksi, misalnya ada bisul di kepalanya. Untuk mencegah terjadinya  infeksi lebih lanjut dan mempermudah pengobatan, sebaiknya kepala anak  dalam keadaan “bersih” dari rambut alias plontos.
 Bersifat “mendinginkan”
 Bayi-bayi yang kebetulan tinggal di daerah panas atau suhu udara  rata-ratanya tinggi pasti akan merasa lebih nyaman dengan kepala  plontosnya. Hembusan angin yang langsung mengenai pori-porinya mampu  mengurangi kegerahan.
 Akan Tumbuh Lagi
 Banyak orangtua yang merasa sayang mencukur rambut bayinya. Apalagi  kalau rambut tersebut terlihat lebat dan hitam legam. Padahal tidak  seharusnya orangtua khawatir. Toh, meski dicukur habis, rambut tersebut akan tumbuh lagi. Sedangkan mengenai lebat atau  tidaknya rambut saat tumbuh kembali jelas terkait erat dengan faktor  genetik. Orangtua yang berambut lebat tentu saja lebih berpeluang  memiliki bayi yang juga memiliki rambut lebat dibanding orangtua yang  rambutnya tipis. Demikian halnya dengan rambut lurus, berombak,  keriting, pirang, dan sebagainya.
 Mitos yang mengatakan setelah dicukur rambut akan tumbuh lebih lebat  pun tidak ada pembenarannya secara ilmiah. Banyak faktor yang  memengaruhi lebat tidaknya rambut. Selain faktor genetik tadi, juga  faktor gizi, lingkungan, hormonal dan sebagainya. Banyak kok, anak-anak  yang sewaktu kecil rambutnya tipis, tapi karena rajin dirawat, setelah  dewasa rambutnya terlihat begitu tebal dan berkilau. Intinya, mencukur  rambut bayi tidak ada ruginya meskipun tidak diharuskan secara medis.
- dari berbagai sumber -
- dari berbagai sumber -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar