Sponsor

Selasa, 12 April 2011

Upacara Cukur Rambut Bayi

Upacara yang dilakukan setelah bayi berusia 40 hari, hal ini dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Tuhan YME yang telah mengkaruniakan seorang anak yang telah lahir dengan selamat.





Pelaksanaannya, bayi dibaringkan di tengah-tengah para undangan disertai perlengkapan yang berupa air kembang 7 rupa dan gunting yang digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau disebut marhaban, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad SAW. Dan membacakan doa yang bermakna selamat lahir bathin dunia akhirat. Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting.

Bila bayi itu laki-laki, yang paling dahulu memotong rambutnya adalah Pak Haji, dan kalau bayinya itu perempuan, yang memotong paling dahulu adalah Ibu Haji. Sesudah itu barulah disusul kedua orang tuanya, famili dan para undangan lainnya.

Kebudayaan mecukur rambut bayi ini merupakan suatu nilai yang telah dilakukan secara turun temurun, sehingga apapun kepercayaan yang di anut di Indonesia, hal ini tetap dilakukan.

Manfaat dari segi kesehatan :

Membersihkan lemak

Saat melewati jalan lahir, banyak lemak dan “kotoran” rahim ibu yang menempel di sekujur tubuh bayi, termasuk di rambutnya. Dengan mencukur rambut bayi, sisa-sisa lemak tersebut diharapkan akan ikut terangkat. Belum lagi kotoran yang kerap menempel setelah bayi lahir, seperti gumoh di bantal yang kemudian menempel di rambutnya. Dengan dikeramas saja mungkin tidak cukup hingga tumpukan lemak dan kotoran tersebut harus dibersihkan dengan cara mencukur rambutnya.


Biar tak mudah teriritasi

Kepala plontos bayi akan memudahkan ibu untuk mengamati kalau-kalau ada sesuatu yang tak diharapkan, seperti iritasi, bisul, luka dan sebagainya. Cukur rambut bahkan menjadi keharusan bila sudah terjadi infeksi, misalnya ada bisul di kepalanya. Untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut dan mempermudah pengobatan, sebaiknya kepala anak dalam keadaan “bersih” dari rambut alias plontos.


Bersifat “mendinginkan”

Bayi-bayi yang kebetulan tinggal di daerah panas atau suhu udara rata-ratanya tinggi pasti akan merasa lebih nyaman dengan kepala plontosnya. Hembusan angin yang langsung mengenai pori-porinya mampu mengurangi kegerahan.


Akan Tumbuh Lagi

Banyak orangtua yang merasa sayang mencukur rambut bayinya. Apalagi kalau rambut tersebut terlihat lebat dan hitam legam. Padahal tidak seharusnya orangtua khawatir. Toh, meski dicukur habis, rambut tersebut akan tumbuh lagi. Sedangkan mengenai lebat atau tidaknya rambut saat tumbuh kembali jelas terkait erat dengan faktor genetik. Orangtua yang berambut lebat tentu saja lebih berpeluang memiliki bayi yang juga memiliki rambut lebat dibanding orangtua yang rambutnya tipis. Demikian halnya dengan rambut lurus, berombak, keriting, pirang, dan sebagainya.

Mitos yang mengatakan setelah dicukur rambut akan tumbuh lebih lebat pun tidak ada pembenarannya secara ilmiah. Banyak faktor yang memengaruhi lebat tidaknya rambut. Selain faktor genetik tadi, juga faktor gizi, lingkungan, hormonal dan sebagainya. Banyak kok, anak-anak yang sewaktu kecil rambutnya tipis, tapi karena rajin dirawat, setelah dewasa rambutnya terlihat begitu tebal dan berkilau. Intinya, mencukur rambut bayi tidak ada ruginya meskipun tidak diharuskan secara medis.

- dari berbagai sumber -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar